Pada awal 2022 ini, banyak pelajar yang tidak bisa ke Jepang karena pembatasan yang masih diberlakukan pemerintah Jepang. Tetapi sebelum pembatasan ini kembali diperketat pada Desember 2021, sempat ada gelombang pelajar yang berhasil masuk ke Jepang. Larangan kedatangan ke Jepang juga sangat tiba-tiba membuat beberapa pelajar yang sudah memiliki tiket penerbangan dan sudah mempersiapkan barangnya harus menunggu kembali hingga waktu yang belum dapat ditentukan. Pastinya perjalanan ke Jepang juga sangat berbeda dengan keadaan normal dikarenakan prosedur kedatangan yang semakin bertambah dan mungkin membingungkan teman-teman yang ingin ke Jepang di saat pandemi COVID19.
Saya merupakan salah satu pelajar yang berhasil masuk ke Jepang tepat dua minggu sebelum Jepang menutup kembali perbatasannya. Saya ingin berbagi pengalaman saya, mulai dari persiapan, keberangkatan, dan karantina di Jepang. Ketika saya sudah dinyatakan berhasil masuk ke salah satu universitas di Kumamoto, saya sempat tidak mendapatkan update mengenai keberangkatan saya ke Jepang. Hingga pada bulan November 2021, saya mendapatkan informasi bahwa saya sudah dapat membuat visa ke Jepang. Anehnya, saya mendapatkan informasi pertama kali dari kedutaan Jepang di Jakarta. Kemudian baru disusul informasi dari universitas. Karena informasi tersebut datang melalui e-mail pagi, hari itu juga saya langsung persiapan pergi menuju kedutaan Jepang yang ada di Jakarta. Untuk formulir pengajuan visa dan persyaratan, teman-teman bisa akses disini. Ternyata, hanya membutuhkan waktu satu hari bagi pelajar yang disponsori pemerintah Jepang untuk mendapatkan visa.
Setelah saya mendapatkan visa, saya langsung secepatnya mengirimkan scan PDF visa saya ke pihak universitas. Ternyata waktu pengurusan visa sangatlah menentukan waktu keberangkatan kita ke Jepang. Karena banyaknya pelajar yang ingin ke Jepang, semakin lama pengiriman visa ke pihak universitas akan membuat waktu keberangkatan semakin tertunda.
Tidak lama setelah saya mendapatkan visa, Saya dihubungi agensi perjalanan Jepang yang akan membantu saya dalam mengurus dan mengatur perjalanan ke Jepang. Di waktu itu saya sudah diberikan informasi mengenai tempat karantina, tiket keberangkatan, dan juga kebutuhan apa saja yang diperlukan untuk keberangkatan ke Jepang.
Pengalaman penerbangan internasional ini merupakan yang pertama untuk saya, dan saya merasakan pelayanan yang menyenangkan di perjalanan karena makanan yang disediakan terus menerus oleh pramugari penerbangan.
Sesampainya di Jepang, tepatnya di Narita Airport, saya langsung disibukkan dengan keperluan pengurusan dokumen dan pengecekan kesehatan. Tetapi semua prosedur ternyata tidak sesulit yang saya bayangkan sebelum berangkat. Semua tempat yang perlu saya tuju diarahkan dengan baik oleh petugas di bandara dan saya dapat dengan mudah mengikuti petunjuk yang diberikan oleh pihak imigrasi. Setelah mendapatkan koper dan diperbolehkan meninggalkan bandara, saya menemui staf dari pihak agensi yang sudah menunggu di depan pintu kedatanga. Staf agensi menyerahkan HP yang telah terinstall aplikasi untuk lapor diri dan lokasi selama karantina dengan status sewa dan harus dikembalikan setelah karantina selesai. Kemudian saya melanjutkan perjalanan ke hotel tempat karantina.
Setibanya di hotel, saya sempat harus menunggu dikarenakan waktu untuk check-in adalah jam 2 siang, sedangkan saya sampai di hotel pada pukul 10 pagi. Tetapi saya dan beberapa mahasiswa lainnya diperbolehkan untuk mengunjungi taman yang ada di hotel. Pengalaman menginap di hotel cukup menyenangkan. Dua minggu waktu karantina, saya diberikan dua kasur single ( twin bed) untuk saya sendiri dan fasilitas yang menurut saya istimewa seperti bath-up, TV, dan perlengkapan mandi yang sangat bervariasi. Untuk aturan karantina, saat kedatangan saya, saya sudah diperbolehkan membeli makanan sendiri (sudah tidak disediakan oleh pihak hotel), kita bisa pergi ke minimarket atau konbini yang berada di sebelah resepsionis hotel. Waktu yang diberikan dijadwalkan khusus untuk pelajar sehingga kita hanya bisa membeli makan di waktu tertentu saja. Untuk laundry, kita bisa menggunakan coin laundry yang disediakan. Untuk pencucian akan memerlukan biaya 200 yen dan 100 yen untuk pengeringan. Salah satu hal yang saya nikmati di hotel adalah pemandangan dari kamar saya dan juga taman yang ada di hotel. Saya saran kan untuk membawa kabel HDMI, karena dengan membawa kabel ini saya bisa menonton film yang saya inginkan, ketimbang melihat siaran TV Jepang. Untuk fasilitas lainnya, terdapat pemanas air dan microwave khusus di setiap lantai hotel. Setiap pagi sebelum jam 11, kita diharuskan melakukan pengecekan suhu tubuh ke front desk agensi yang ada di lobby hotel.
Setelah selesai karantina, akan diberikan pilihan untuk bisa pergi ke universitas tujuan masing-masing. Pihak agensi perjalanan akan memberikan opsi tetapi kita bisa memilih untuk mengikuti opsi tersebut atau tidak. Saya sendiri diberikan opsi untuk menggunakan pesawat jam 12 siang dari Haneda karena pesawat lainnya dari Narita hanya ada pada jam 6.30 pagi. Memang pesawat pagi tersebut lebih murah jika dibandingkan dengan pesawat siang yang diberikan oleh pihak agensi. Tetapi melihat waktu dan karena saya akan pergi sendiri, saya lebih memilih untuk mengikuti opsi yang diberikan pihak agensi. Untuk teman-teman yang ingin mengirimkan bagasinya, karena akan menggunakan transportasi domestic ke kota tujuan masing-masing, bisa menggunakan jasa pengiriman yang tersedia di lobby hotel seperti Kuroneko.
Seluruh perjalanan dari awal indonesia ke Jepang di pengalaman saya tidak begitu bermasalah dan mudah untuk diikuti. Setidaknya saya bisa selalu tahu tujuan dan dapat mencari jalan ke tujuan tersebut. Saya sampai di Kumamoto pada 2 Desember 2021, tepat 2 hari setelah pemerintah Jepang menutup perjalanan ke negaranya. Ada beberapa barang yang mungkin menjadi rekomendasi saya yang akan membantu perjalanan ke Jepang.
~ Dokumen ~ |
Visa Sertifikat Vaksin |
Letter of Acceptance (LoA) |
Surat keterangan hasil negatif COVID-19 dengan format dari pemerintah Jepang |
~ Makanan ~ |
Spagetti lafonte ketimbang indomie (Karena pemanas di hotel tidak cukup panas untuk indomie, nanti mie nya lembek) |
Super bubur |
Bumbu Pecel |
Sambal |
Abon |
Bawang Goreng |
Lemonilo |
Saos Sambal |
~ Perlengkapan Hotel ~ |
Kabel HDMI |
Konverter Listrik International |
~ Lain – lain ~ |
Obat – obat pribadi |
Vitamin, tolak angin |
Perlengkapan untuk beribadah (sajadah dsb..) Kerudung untuk perempuan muslim, karena di Jepang susah untuk membeli kerudung |
Untuk keperluan biaya, disaat karantina saya hanya perlu mengeluarkan uang untuk kepentingan makanan dan laundry. Biaya karantina dan lain lain saat perjalanan akan ditanggungkan oleh pihak agensi perjalanan. Saya hanya perlu membayarnya ketika sudah sampai di kota tujuan, itupun diberikan waktu 3 bulan untuk membayarnya. Sekian sharing perjalanan saya ke Jepang kemarin!
0 Comments