Pertama kali sejak Kumamoto mengalami gempa bumi pada bulan April, Michi no Eki Aso (sebuah lembaga nirlaba yang berkantor di balaikota Aso) menyelenggarakan kegiatan bertajuk “Let’s Walk in Aso : Another Japan!” pada hari Minggu tanggal 26 November 2016. Kegiatan ini ditujukan bagi mahasiswa asing maupun keluarga yang sedang menempuh pendidikan di Kumamoto University. Transportasi, makan siang dan pemandu disediakan oleh penyelenggara secara cuma – cuma. Antusiasme peserta sangat tinggi, terbukti dengan ditolaknya pendaftaran beberapa mahasiswa karena kegiatan ini dibatasi hanya untuk 20 orang.
Kegiatan dimulai pada pukul 08:45, dengan pendaftaran dan pembagian nama peserta. Peserta kegiatan ini datang dari berbagai negara, seperti Australia, Bangladesh, Filipina, Myanmar, India, Inggris, dan paling banyak sudah pasti Indonesia. Tepat pukul 09:00, bus yang telah menunggu di depan Kumamoto International Center membawa peserta ke Aso. Tujuan pertama kami adalah Aso Shrine yang merupakan salah satu kuil tertua dan bersejarah di Jepang (berusia sekitar 2500 tahun) dan termasuk dalam Important Cultural Properties atau warisan nasional Jepang. Secara tradisional kuil ini menjadi pusat ibadah sebelum aksesi Kaisar Jimmu, antara tahun 660 sebelum Masehi (SM) hingga 585 (SM). Namun, sejak adanya gempa hebat yang berkekuatan 7,3 skala Richter yang mengguncang Kumamoto pada bulan April silam, kuil Aso mengalami kerusakan yang sangat parah. Hal ini terlihat dari gerbang utama kuil yang rata dengan tanah dan hanya menyisakan bagian belakang kuil. Hingga saat ini, proses perbaikan masih terus dilakukan dan diperkirakan akan selesai 7-10 tahun mendatang. Pihak kuil sendiri pun juga mengharapkan donasi dari berbagai pihak karena biaya perbaikan yang sangat besar. Kekuatan alam yang sangat dahsyat telah meluluhlantakkan Kuil Aso, sehingga dibutuhkan biaya besar dan waktu yang lama untuk membangun kembali. Ditemani dengan pemandu yang cakap berbahasa Inggris, kami diajak berkeliling Kuil Aso dan melihat kawasan sekitar yang banyak terdapat mata air alami yang sangat segar.
Tujuan kedua kami adalah kawasan Naragino yang terletak di Namino, Kota Aso. Tiba di kawasan yang berbatasan dengan Prefektur Oita ini pada pukul 12:30, kami disambut dengan hangat oleh penduduk yang telah menyiapkan makan siang untuk kami. Ada banyak makanan yang dapat kami nikmati, semuanya adalah menu makanan sehat, diantaranya nasi dengan rasa buah plum, acar dari lobak, kroket berbahan dasar talas, wortel dan tepung, kentang manis yang digoreng, ikan makarel, dan sup Dagojiru, yang berisi talas, wortel, jamur, serta miso. Setelah santap siang dan menunaikan ibadah sholat, kami diajak untuk memanen Satoimo atau Taro Potato atau kita kenal dengan sebutan Talas. Peserta tampak bersemangat sekali, apalagi kami boleh membawa pulang Satoimo yang dipanen.
Acara berikut adalah mengunjungi Kusasenri di kaki Gunung Aso. Di Kusasenri ini terdapat museum vulkanologi, dengan pemandangan gunung berapi yang masih aktif, Hewan ternak seperti sapi dan kuda tampak asyik merumput tanpa terganggu oleh kehadiran kami. Pegunungan Aso adalah tujuan wisata yang paling terkenal di prefektur Kumamoto dan terdiri dari gunung berapi aktif yang terletak di pusat Taman Nasional Aso-Kuju di Kumamoto dan Oita, yang terletak kira-kira di tengah Kyushu. Aso sendiri merupakan gabungan dari 5 gunung (Aso Gogaku, yaitu Gunung Eboshidake, Gunung Kijimadake, Gunung Ojodake, Gunung Takadake, dan Gunung Nakadake). Gunung Nakadake merupakan gunung berapi tertinggi yang masih aktif dan memiliki ketinggian 1592 meter serta dianggap sebagai tujuan pendakian populer bagi para wisatawan. Gunung tersebut juga memiliki salah satu kaldera terbesar di dunia, meliputi daerah seluas 25 kilometer dari utara sampai selatan dan 18 kilometer dari timur ke barat. Di sekeliling gunung Aso juga banyak terdapat desa-desa sumber mata air panas (onsen) termasuk Tarutama, Jigoku, Aso, dan Yunotani, yang terletak di dalam dan di luar Aso-Kuju National Park. Kami juga berkesempatan menikmati pemandangan menakjubkan di Kusasenri. Setelah puas mengambil gambar, kegiatan diakhiri dengan pulang ke kota Kumamoto menempuh waktu lebih dari dua jam. Di tengah perjalanan penyelenggara tampak membagikan kuisioner kepada peserta. Kami sangat puas karena tidak hanya kami dapat mengunjungi tempat tempat yang menakjubkan secara gratis, namun penyelenggara nampak sangat profesional dalam mengelola kegiatan ini. Semoga kegiatan ini dapat dilakukan secara berkala setiap tahun, sehingga banyak mahasiswa asing yang dapat mengikutinya. (dd/qonita)
0 Comments