Tentang Sakura Exchange Program
Pada kesempatan ini saya akan berbagi pengalaman keikutsertaan saya dalam Sakura Exchange Program in Science yang dilaksanakan pada 21-29 November 2017 di Kumamoto, Japan. Sakura Exchange Program in Science merupakan program kerjasama antara Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dengan Kumamoto University secara khusus dan Negara-Negara ASIA dan Jepang Secara Umum.
Program ini membuka kesempatan bagi pemuda Indonesia yang akan memainkan peran krusial di masa depan pada bidang sains dan teknologi untuk melakukan pertukaran ke Jepang dengan beasiswa fully funded yang disalurkan oleh JST. Pertukaran ini bertujuan untuk meningkatkan minat mahasiswa ITS kepada ilmu sains dan teknologi Jepang di Universitas Kumamoto, institusi riset, dan sektor swasta dengan cara melakukan kunjungan singkat terhadap lingkaran industri-akademisi-pemerintah.
Proses Seleksi
Dalam pemilihan peserta kali ini, pihak universitas, dalam kasus ini ITS melakukan seleksi berkas dan esai mengenai rencana riset yang sesuai dengan tema dari Sakura Exchange Program in Science. Seleksi dilakukan oleh Japan-Asia Youth Exchange Program in Science Committee melalui Kumamoto University Liaison Office at Sepuluh Nopember Institute of Technology. Mulai dari tahap seleksi hingga setiap aktivitas di Negeri Sakura merupakan pengalaman yang sangat berharga dan memori yang indah bagi saya.
Sakura Exchange Program di Kumamoto
Sakura Exchange Program in Science 2017 diselenggarakan oleh College for Cross-Cultural and Multidiciplinary Studies(C3) dengan Mr. Lander Sims sebagai pendamping dan penanggung jawab. Peserta sakura science program kali ini berjumlah 10 orang yang terdiri dari 4 orang Mahasiswa S1, 4 orang Mahasiswa S2, dan 2 orang dosen.
Program ini memfasilitasi pesertanya dari mulai transportasi, akomodasi, dan juga stipend money (re: uang jajan) yang cukup untuk kebutuhan makan dan beberapa kebutuhan lain dalam kurun waktu 9 hari tinggal di Jepang. Kegiatan utama dari Sakura Exchange Program in Science tahun 2017 adalah pencerdasan mengenai pemulihan Kumamoto dari bencana gempa bumi dahsyat yang melanda prefektur di tahun 2016, energi terbarukan khususnya energi geothermal, dan aktivitas vulkanik Gunung Aso, gunung berapi aktif terbesar di Jepang.
Kunjungan
Dalam waktu 9 hari, kami diajak mengunjungi berbagai tempat, diantaranya adalah Amakusa Marine Research Facility, Mashiki-machi, Shirakawa Fountainhead, Kusasenri Volcano Museum, Aso Shrine, Hachobaru Geothermal Energy Plant, Aso Volcanological Lab, Kengun Fountainhead, Dai-Ni High School, dan Kumamoto Castle. Di setiap destinasi kami didampingi oleh ahli yang memberikan presentasi mengenai tempat yang kami kunjungi.
Amakusa Marine Research Facility
Dimulai dari hari ke-2, setelah landing di Kumamoto, orientasi, dan welcome party di hari pertama, kami diajak mengunjungi Amakusa Marine Research Facility dimana kami dibekali mengenai ilmu biodiversitas laut Yatsushiro dan laut Ariake oleh Profesor Yasuhisa Henmi. Selain pembekalan dari kuliah yang diberikan, kami juga diajak untuk menjaring plankton di laut Yatsushiro untuk belajar lebih banyak mengenai biodiversitas laut Yatsushiro dan kekayaan laut Jepang.
Pusat Gempa
Di hari berikutnya kami mengunjungi titik gempa yang terjadi tahun 2016 silam, Kota Mashiki. Kota Mashiki terletak di area Fukuhara dimana timbul banyak retakan akibat gempa tektonik hasil pergeseran lempeng Futagawa. Kota Mashiki menjadi titik yang mengalami kerusakan paling parah yang dihasilkan gempa bumi. Meski terletak cukup jauh dari Mashiki, Universitas Kumamoto juga mengalami dampak gempa yang cukup menggemparkan sebagaimana yang diceritakan oleh mahasiswa Internasional wakil dari Kumamoto Earthquake Experience Project (KEEP) di hari ke-4. KEEP merupakan proyek buatan mahasiswa Internasional Kumamoto yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan gempa bumi pada mahasiswa Internasional, juga memberikan wadah bertukar pikiran dan pengalaman bagi mahasiswa Internasional yang menjadi korban gempa bumi.
Gunung Aso dan Geothremal Energy
Akhir pekan kami di Kumamoto diisi dengan berkunjung ke Gunung Aso untuk mempelajari sumber mata air Shirakawa, dan aktivitas vulkanik Gunung Aso dan keterkaitannya dengan gempa bumi yang terjadi di tahun 2016 silam. Di Gunung Aso juga terdapat pembangkit listrik tenaga panas bumi, Hachobaru Geothermal Energy Plant, yang menjadi destinasi kami di hari ke-6. Materi energi terbarukan memang menjadi topik yang sangat menarik bagi kami yang berasal dari negara berkembang, bahkan rekan – rekan saya sangat antusias dalam mengkaji materi ini hingga waktu terasa sangat singkat.
Mata Air Kengun
Esok harinya kami diajak mengunjungi sumber mata air Kengun, yang merupakan sumber utama air yang digunakan oleh masyarakat Kumamoto. 100% penduduk Kumamoto menggunakan air tanah untuk memenuhi kebutuhan airnya, 95% diantaranya berasal dari sumber mata air Kengun. Dari Kengun, kami mengunjungi Dai-Ni High School yang merupakan Sekolah Menegah Atas yang ditunjuk oleh pemerintah untuk memfokuskan muridnya terhadap sains. Hari terakhir sebelum kami berangkat pulang, kami dikumpulkan untuk melakukan diskusi dengan Mahasiswa internasional Kumamoto University dimana kami saling berbagi cerita dan pengalaman sebelum esok harinya kami pulang ke Indonesia.
Pertukaran Budaya
Di program ini kami Juga belajar mengenai bagaimana budaya Jepang, khususnya disela waktu luang seusai susunan acara dari Kumamoto University saat kami diperbolehkan berkeliling dan menjelajahi Kota Kumamoto. Program ini memberikan banyak ilmu dan pengalaman yang tidak mungkin didapatkan di negara sendiri. Jadi bagi teman – teman yang berminat mengikuti program serupa tahun berikutnya, jangan takut dan jangan bimbang, pastinya banyak ilmu dan pengalaman yang akan diperoleh. Ayo daftar!
Ditulis Oleh: Rian Pratama
Editor: Julio Anthony Leonard
0 Comments