Bulan Maret ini, PPIJK mendapatkan undangan untuk tampil dalam kegiatan Tamana Association for Internasional Communication and Exchange (TAICE). Kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan dari salah satu kota yang ada di perfektur Kumamoto di wilayah Kyushu. Berawal dari tawaran oleh salah satu pemukim di Tamana yang keturunan Indonesia dan telah menikah dengan warga Jepang, Ibu Sriatun yang tergabung dalam Indonesia Community – Kumamoto. Pada kegiatan yang diadakan hari Minggu, 16 Maret 2025, dibuka dengan sambutan oleh Mr. Takahiro Kurahara, beliau adalah Wali Kota dari Kota Tamana sampai periode tahun 2025.
Gambar. PPIJK bersama Ibu Sriatun (berjaket blue jins) dan Mr. Kurahara (sebelah kiri bu Sriatun).
Tujuan dari kegiatan ini adalah perkenalan budaya dan seni dari masing-masing ragam asal warga yang ada di Tamana. Beberapa negara yang turut hadir dalam pertemuan ini, ada Korea Selatan (menampilkan alat musik Gayageum), Brazil (menampilkan puisi), Jepang (menampilkan baju adat dan nyanyian lagu nasional) serta Indonesia. Dalam kesempatan ini, kami dari PPIJK menampilkan budaya Indonesia dengan Lagu daerah dan alat musik Angklung. Adapun tim kami yang beranggotakan Fathan, Ilyas, Cynthia, Luna, Dion dan Hafiizh (dari kiri-kanan urutan pada foto di bawah), akan menampilkan 2 lagu yaitu Bintang Kecil (versi Inggris) dan Suwe Ora Jamu (versi Jawa).
Gambar. Tim Angklung dari PPIJK.
Dalam kesempatan ini, niat kami menampilkan versi lagu jawa dan inggris adalah ingin menunjukkan bahwa budaya merupakan ciri orisinal tiap daerah dan dimanapun kita berada, senantiasa kita usahakan tetap ingat dan lestarikan budaya asal kita. Pada kegaitan TAICE ini, kami juga mengajarkan cara penggunaan alat musik Angklung kepada warga lokal Jepang dan Korea Selatan. Ketertarikan masyarakat lokal terhadap budaya Indonesia yang dikenal cukup beragam dari banyaknya wilayah kepulauan, ditunjukkan dengan antusiasme yang tinggi. Proses komunikasi diantara peserta yang hadir disana, menggunakan bahasa Jepang – Inggris, merupakan pengalaman dan pembelajaran tersendiri bagi pelajar seperti kami.
Gambar. Banner acara dan proses pembelajaran alat musik Angklung kepada masyarakat lokal.
Yang membuat kegiatan ini menjadi menarik bagi kami adalah, penyelenggaraannya di Bulan Maret tahun 2025 bertepatan dengan bulan Ramadhan tahun ini. Pada saat memasuki waktu istirahat, makan siang, semua meja dibagikan menu masakan Jepang dan minuman berbagai macam rasa jus buah. Kami yang sedang berpuasa berusaha menjelaskan mengenai kondisi bulan Ramadhan bagi muslim untuk berpuasa, dan itu menjadi bahan diskusi menarik diantara warga lokal untuk bertanya tanya tentang budaya dan kepercayaan islam.
Gambar. Suasana istirahat makan siang pada saat kegiatan TAICE.
Pembelajaran berharga bagi kami, pelajar Indonesia yang ada disini, senantiasa untuk membaca dan mempelajari bukan hanya dari sisi keilmuan bidang kami masing-masing, namun juga tentang budaya, seni dan kearifan nilai-nilai yang ada di Indonesia agar nantinya kita dapat menjelaskan kepada masyarakat dunia. Sekalipun tidak harus menjadi ahli pada bidang tersebut, setidaknya kita tetap ingat, paham dan bisa menjelaskan berdasarkan keabsahan yang berlaku dari nilai-nilai itu sendiri. Tetap semangat para pelajar Indonesia Jepang khususnya dan semua Pelajar Indonesia secara umum dimanapun berada, untuk tetap giat belajar, berkarya, dan bersama sama membangun kesiapan mandiri untuk mewujudkan kehidupan diri yang lebih baik. Karena keberhasilan sebuah perubahan besar itu dimulai dari perubahan yang kita lakukan pada diri kita sendiri. -penulis.
0 Comments